ABSTRAKSI
Semua manusia pasti mempunyai
kebutuhan dan keinginan. Dan semua kebutuhan keinginan itu pasti akan di
lakukan agar semuanya terpenuhi. Apalagi masalah kebutuhan yang sudah pasti
harus terpenuhi. Kebutuhan itu terbagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani.
Kebutuhan seperti makan, minum, pakaian pasti harus terpenuhi. Beda dengan
keinginan. Bahkan sekarang barang yang tadinya hanya sebagai barang keinginan
saja bisa menjadi barang kebutuhan yang harus manusia penuhi untuk kehidupannya
sehari-sehari.
Oleh karena itu masyarakat Indonesia
yang umumnya merupakan masyarakt konsumtif selalu ingin saja barang-barang yang
keluaran baru. Contohnya saja masalah pasar gedejet. Perusahaan gedjet selalu
mengeluarkan produk-produknya yang kemudian di pasarkan ke Indonesia. Bukan
hanya dalam masalah barang-barang gedjet, Indonesia pun banyak mengimpor barang
dari luar negeri. Keadaan seperti ini lah yang menyebabkan kebutuhan di
Indonesia lebih mahal, karena pemerintah memakai produk-produk luar negeri
ketimbang dalam negeri. Contohnya saja beras dan bawang.
Bisa diperhatikan kabar berita bahwa
bawang melonjak harga yang cukup mencengankan. 1kg bisa mencapai 60rb.
Sedangkan masyrakat Indonesia saja bukan hanya dari kalangan atas. Bagaimana
nasib kalangan bawah, yang perekonomiannya kurang bisa memikirkan hal yang
tidak bisa mengimbangi pendapatan mereka. Yang seharusnya uang 60rb bisa
membeli berbagai kebutuhan pangan tetapi ini hanya bisa untuk membeli bawang.
PENDAHULUAN
Dizaman era globalisasi ini kita harus mengetahui perkembangan perekonomian
Indonesia terutama pada masalah persaingan harga produk. Baik produk dalam
negeri maupun produk luar negeri. Dengan mengetahui harga-harga pasar dalam
persaingan tersebut kita bisa mengatahui kondisi ekonomi yang terjadi. Apa lagi
pada saat tingkat produksi tinggi. Mau tidak mau negara pun harus mengikuti
perkembangan harga yang terjadi pada sistem perekonomian tersebut.
Pada saat itu juga, jika ada perubahan pada harga-harga akan mempengaruhi
perekonomian suatu negara juga. Karena negara harus bisa memikirkan bagaimana
bisa mengimbangi harga pasar Internasional dan juga dibarengi dengan bisa
mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah juga harus memperhatikan
barang-barang yang di impor. Jangan semua barang pokok harus impor dari luar.
Pemerintah juga harus lebih memperhatikan produk dlam negeri yang tidak kalah
bagus kualitanya di banding luar nengeri.
Setidaknya pemerintah juga menyarankan agar masyarakat lebih menggunakan
produk dalam negeri di banding luar nengri. Sebetulnya ada beberapa faktor yang
nyebabkan pemerintah harus mengimpor produk dari luar negeri. Seperti
terbatasnya bahan yang di perlukan untuk membuat barang tersebut. Ada juga
keterkaitan biaya, dan masih banyak lagi.
LANDASAN TEORI
Import adalah kegiatan membeli
barang dan jasa dari negara lain. Ketika sebuah negara mengalami impor yang
besar itu artinya negara tersebut mengalami defisit. Dan akan menyebabkan
negara tersebut akan mempunyai utang. Ambil saja contoh dari negara China.
China mungkin menghasilkan produk yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang
kurang. China menciptakan barang yang memang diperlukan oleh masyarakat dan
tidak terlalu mementingkan kualias.
Pemerintah juga harus menerapkan
peraturan baru agar tidak terajadi impor barang yang terlalu, karana akan
menyebabkan negara menjadi semakin terpuruk dan utang negara juga akan menjadi
menumpuk. Serta pengusaha Indonesia akan lebih menjadi penyalur barang luar
negeri dibanding memproduksi barang,
Di dalam masalah harga pun jika
Indonesia lebih sering impor bahan dari luar akan menyebabkan harga di
Indonesia lebih mahal. Dan para pedagang akan bingung menjual produk yang harus
menyesuaikan harga dengan bahan yang di peroleh. Bahan yang susah di dapat di
Indonesia ini yang juga bisa menyebabkan pemerintah mengimpor bahan dari luar,
tetapi harus diperhatikan juga sebagaimana perlunya bahan itu di impor. Karena
secara tidak langsung jikan terlalu mengimpor barang, pemerintah tidak
menghargai pproduk dalam negeri sendiri dan hasil dalam negeri.
PEMBAHASAN
A. Produk
Impor
Pada dasarnya impor barang itu mempunyai tujuan. Jika suatu negara
kekurangan bahan untuk memproduksi barang tersebut, maka Indonesia harus
mengimpor bahan dari luar. Akan tetapi dengan mengimpor bahan dari luar, harga
yang akan ditetapkan pada produk tersebut akan mahal. Dan jika harga mahal,
para pedagang dan pembeli pun akan bingung mengimbangi harga pasar. Mau tidak
mau para pedagang pun juga akan menaikan harga produk tersebut.
Jika harga barang naik, itu akan mengubah pendapatan perkapita suatu
negara. Karena pada dasarnya pun masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup
di bawah atau yang mendapatkan pendapatan di bawah rata-rata. Ini harus
dipertimbangkan lagi untuk pemerintah.
B.
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kurangnya Bahan Baku
Sudah dipastikan jika Indonesia
kekurangan bahan baku maka pemerintah akan menimport bahan dari luar. Yang
menjadi kurangnya bahan baku tersebut biasanya dari bahan baku yang di dalam
mahal. Para produsen tidak sanggup untuk membeli bahan baku tersebut. Ada pula
faktor cuaca yang menyebabkan bahan baku itu tidak dapat untuk diproduksi. Para
produsen pun bingung untuk mencari alternatif bahannya.
Ekspor
merupakan kegiatan menjual barang atau jasa kenegara lain sedangkan Impor
adalah membeli barang atau jasa dari negara lain. Secara umum ekspor impor
dibedakan menjadi dua yakni barang migas dan non-migas, migas merupakan barang
tambang minyak bumi dan gas berkebalikan dengan non-migas yaitu barang hasil
perkebunan,peternakan,perikanan,pertanian dsb. Kegiatan impor biasanya
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat atas keterbatasan barang/jasa lokal.
Ekspor kegiatan yang dilakukan untuk menambah pendapatan negara dan atas
permintaan pasar yang ingin meng-impor barang/jasa dari lokal.
Siapa
yang tak kenal Indonesia negara yang diapit dengan dua benua ini memiliki
sebutan negara agraris dan maritim pastinya dapat dibayangkan hasil laut dan
tanah yang sungguh luar biasa pasti mampu untuk mensejahterakan
rakyat-rakyatnya , namun sebutan tersebut menjadi dilemma tersendiri bagi
Indonesia hasil laut dan bumi yang seharusnya mencukupi sepertinya tak mampu
menopang kehidupan orang banyak serta perekonomian kita. Pertanian yang
seharusnya menjadi ‘alat pemacu’ perekonomian pun nyatanya tak sesubur tanahnya
entah apa yang terjadi untuk beras saja kita sampai mengimpor beras dari negara
tetangga dan ternyata buah-buahan pun ikut menjadi barang impor yang sudah
disediakan oleh Thailand.
Negeri ini begitu luas, tanah nan subur pun terbentang seperti tiada batasnya tetapi mengapa kita masih belum bisa memanfaatkan keadaan alam yang ada. Tanah yang subur pun diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas namun apa yang terjadi? nyatanya hal tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang berduit unuk mendirikan bangunan megah tanpa memikirkan resikonya. Padahal, pemerintah telah menyediakkan mesin pembajak atau traktor untuk meningkatkan kuantitas pertanian Indonesia tapi sepertinya semua nihil mungkin karena pemanfaatannya kurang maksimal serta pengetahuan petani Indonesia pun masih minim. Masih tak habis fikir sawah ladang membentang luas tetapi masih saja kita mengimpor beras dari luar, jelas saja beras lokal kalah dengan beras impor karena beras lokal relatif lebih mahal ketimbang beras impor, hal semacam ini membuat petani beras kita merugi. Walaupun kita tidak mempunyai hasil dalam negeri seperti gandum tetapi setidaknya kita masih mempunyai hasil unggulan lain dibididang pertanian yang bisa diharapkan dapat menggerakkan perekonomian kita.
Negeri ini begitu luas, tanah nan subur pun terbentang seperti tiada batasnya tetapi mengapa kita masih belum bisa memanfaatkan keadaan alam yang ada. Tanah yang subur pun diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas namun apa yang terjadi? nyatanya hal tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang berduit unuk mendirikan bangunan megah tanpa memikirkan resikonya. Padahal, pemerintah telah menyediakkan mesin pembajak atau traktor untuk meningkatkan kuantitas pertanian Indonesia tapi sepertinya semua nihil mungkin karena pemanfaatannya kurang maksimal serta pengetahuan petani Indonesia pun masih minim. Masih tak habis fikir sawah ladang membentang luas tetapi masih saja kita mengimpor beras dari luar, jelas saja beras lokal kalah dengan beras impor karena beras lokal relatif lebih mahal ketimbang beras impor, hal semacam ini membuat petani beras kita merugi. Walaupun kita tidak mempunyai hasil dalam negeri seperti gandum tetapi setidaknya kita masih mempunyai hasil unggulan lain dibididang pertanian yang bisa diharapkan dapat menggerakkan perekonomian kita.
Bagaimana
solusi yang berkenaan dengan masalah diatas? Ya, sebagai negeri yang mempunyai
andil cukup besar disektor pertanian, hendaknya pemerintah meningkatkan
pendidikan untuk sarjana-sarjana pertanian agar kelak bisa membuat atau
memperbarui sistem pertanian kita. pemerintah juga harus lebih memprioritaskan
serta meningatkan kegiatan pertanian kita. Seperti meningkatkan ahli-ahli kita
di bidang pertanian, yang pada saatnya nanti bisa terjadi transfer skill di
bidang pertanian kita. serta membuka lapangan usaha yang bergerak dibidang
agribisnis yang dinilai cocok dengan keadaan tanah Indonesia yang subur.
Sehingga segala lahan dan hasil dapat kita manfaatkan dan rasakan sendiri
hasilnya.
Sektor
kelautan dan perikanan Indonesia harus mampu menempuh kebijakan dengan
mengambil skenario pangan berkelanjutan untuk mengangani krisis pangan global
yang diperkirakan dapat terjadi pada tahun 2025. Sebenarnya, sejak terbukanya
pasar China merupakan pe-luang bagi pengembangan ekspor produk ikan Indonesia.
Namun, kenyataan di lapangan Indonesia masih belum mampu mengoptimalkan potensi
terbukanya pasar ekspor. Justru yang terjadi sebaliknya, pasar domestik
dibanjiri produk impor dari China. Menurut pemerintah sektor kelautan dan
perikana diyakini mampu memberikan sumbangan ketahanan pangan lokal dan dunia.
Maka pemerintah memprioritaskan sektor kelautan dan perikanan sebagai nilai
ekspor yang patut diperhitungkan, Indonesia seakan maju terus untuk dapat
menembus pasar internasioanal dalam sektor ini dan mensejahterakan
perkekonomian rakyat Indonesia. Namun 2 misi tersebut menjadi agak terkendala
mengingat peningkatan daya saing komoditas pangan domestik yang dinilai kurang.
Entah itu kesejahteraan nelayaannya atau daya jual yang rendah. Maka untuk
memantapkan hasil laut kita yang akan ‘beraksi’ dipasar internasional,
pemerintah mulai memfasilitasi lebih serius seperti ketersediaan benih,
keuangan formal dan revitalisasi industry pengolah.
Lalu
bagaimana penaataan sektor kelautan dan perikanam agar terciptanya
kesejahteraan rakyat ? Strategi penataan industri penangkapan, budi daya, dan
pengolahan ikan dapat dilakukan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam jangka pendek, renegosiasi secara bilateral Indonesia-China,
pengawasan produk ikan impor, penataan total coastguard dan izin penangkapan,
dan pen-syaratan kualitas ikan impor perlu dilakukan. Selain itu, strategi
perimbangan neraca perdagangan untuk produk ikan dengan China dapat dilakukan
dengan mendorong dan memperbesar volume dan nilai ekspor produk ikan Indonesia
ke China. Namun, hal itu hanya dapat dilakukan apabilaindustri perikanan
tangkap dan budi daya Indonesia cukup kuat untuk menguasai pasar domestik sekaligus
masuk ke pasar China. Meskipun terdapat kenaikan rata-rata produksi perikanan
sebesar 10,02% untuk periode 2005-2009, jika dibandingkan dengan potensi pasar,
kenaikan itu dirasa belum memadai.
Dalam
jangka panjang, strategi memperbesar kapasitas dan produktivitas produk
perikanan dapat dilakukan melalui desain industri secara menyeluruh. Program
percepatan industri perikanan seperti Minapolitan dan gugus ekonomi berbasis
kelautan dan perikanan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.Program ini
hanya bisa terselenggara secara baik ketika terdapat dukungan sejumlah
infrastruktur untuk menjamin proses penangkapan dan industrialisasi terjadi
seperti supply BBM, air bersih, pembiayaan, modernisasi kapal, akses jalan,
industri pendinginan, penguasaan teknologi, dan SDM.
Kementerian
terkait dengan penyediaan infrastruktur itu perlu mendukung upaya untuk
meningkatkan daya saing produk perikanan nasional.
Dibawah ini kondisi Espor-Impor sektor pertanian Indonesia :
Dibawah ini kondisi Espor-Impor sektor pertanian Indonesia :
1. 1. Beras
Harga Beras (Thai Broken 5%) di Bangkok periode 9 – 23 September 2009 menunjukkan trend meningkat. Tanggal 9 September harga US$ 530 per ton naik 2,71 % dari harga 2 September 2009, kemudian bergerak ke level US$ 533 per ton ( naik 0,57%) pada tanggal 16 September 2009 dan meningkat lagi pada 23 september 2009 menjadi US$ 2. 539 per ton atau naik 1,13 %.
Harga Beras (Thai Broken 5%) di Bangkok periode 9 – 23 September 2009 menunjukkan trend meningkat. Tanggal 9 September harga US$ 530 per ton naik 2,71 % dari harga 2 September 2009, kemudian bergerak ke level US$ 533 per ton ( naik 0,57%) pada tanggal 16 September 2009 dan meningkat lagi pada 23 september 2009 menjadi US$ 2. 539 per ton atau naik 1,13 %.
2.
Kedelai
Harga kedelai (No.2 Yellow) di AS masih cenderung turun dan pada tanggal 14 September 2009 harga mencapai level terendah semenjak Juli 2009 yaitu US$ 339,9 per ton dipicu oleh spekulasi akan adanya peningkatan produksi karena cuaca cukup kondusif.
Harga kedelai (No.2 Yellow) di AS masih cenderung turun dan pada tanggal 14 September 2009 harga mencapai level terendah semenjak Juli 2009 yaitu US$ 339,9 per ton dipicu oleh spekulasi akan adanya peningkatan produksi karena cuaca cukup kondusif.
3. 3. Karet
Harga karet (RSS) di bursa SICOM periode 7 – 11 September 2009 sedikit mengalami pergerakan dengan kisaran US$ 2140 hingga US$ 2200 (trend 0,70 %), terutama oleh adanya peningkatan harga minyak mentah. Harga masih meningkat dengan trend yang lebih rendah (0,25%) pada periode 14 – 18 September 2009 karena terpengaruh oleh adanya pertanda perbaikan ekonomi di AS bila dilihat dari perkembanagn retail. Dsb .
Sedang untuk kondisi Ekspor-Impor sektor kelautan dan perikanan :
Saat ini , walau Indonesia tidak sepenuhnya terdepan dalam memproduksi hasil laut namun Indonesia menjadi 3 besar negara yang memproduksi hasil lautnya setelah Peru dan China. Namun demikian Indonesia masih sangat jauh dengan China yakni China memproduksi hampir 14.8 juta ton sementara Indonesia hanya 5 juta ton. Sekalipun merupakan tiga besar dalam produksi ikan, Indonesia tidak termasuk dalam lima besar pengekspor ikan, bahkan kalah dibanding dengan Vietnam dan Thailand. Nilai ekspor ikan Indonesia “hanya” sekitar US $ 2,9 juta.
Harga karet (RSS) di bursa SICOM periode 7 – 11 September 2009 sedikit mengalami pergerakan dengan kisaran US$ 2140 hingga US$ 2200 (trend 0,70 %), terutama oleh adanya peningkatan harga minyak mentah. Harga masih meningkat dengan trend yang lebih rendah (0,25%) pada periode 14 – 18 September 2009 karena terpengaruh oleh adanya pertanda perbaikan ekonomi di AS bila dilihat dari perkembanagn retail. Dsb .
Sedang untuk kondisi Ekspor-Impor sektor kelautan dan perikanan :
Saat ini , walau Indonesia tidak sepenuhnya terdepan dalam memproduksi hasil laut namun Indonesia menjadi 3 besar negara yang memproduksi hasil lautnya setelah Peru dan China. Namun demikian Indonesia masih sangat jauh dengan China yakni China memproduksi hampir 14.8 juta ton sementara Indonesia hanya 5 juta ton. Sekalipun merupakan tiga besar dalam produksi ikan, Indonesia tidak termasuk dalam lima besar pengekspor ikan, bahkan kalah dibanding dengan Vietnam dan Thailand. Nilai ekspor ikan Indonesia “hanya” sekitar US $ 2,9 juta.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan
Negara
kita masih lemah akan sistem-sistem yang lebih mutakhir untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan. Keputusan sepihak kadangkala merugikan pihak yang satunya.
Negara lain punya sistem yang baik untuk mendapatkan prestasi di pasar
Internasional akankah lebih baik menjadikan prestasi negara lain sebagai acuan.
kita perlu menyadari bahwa topografi dan kewilaya-an Nusantara adalah
kepulauan. Jadi, perlu ada political will dan good-will agar arah pembangunan
ekonomi dapat merajut kepulauan untuk mendukung keterkaitan, kualitas, dan daya
saing industri perikanan dan kelautan nasional. Makalah ini membahas mengenai
ekspor-impor diberbagai bidang serta kondisi ekspor-ompor itu sendiri saat ini.
Daftar
Pustaka:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar