Rabu, 08 Mei 2013

Tugas 2 -Persaingan Harga Produk Dalam Negeri Versus Harga Produk Luar Negeri dilihat dari tingginya biaya produksi

                                              Besarnya Kegiatan Import Produk


ABSTRAKSI
            Semua manusia pasti mempunyai kebutuhan dan keinginan. Dan semua kebutuhan keinginan itu pasti akan di lakukan agar semuanya terpenuhi. Apalagi masalah kebutuhan yang sudah pasti harus terpenuhi. Kebutuhan itu terbagi menjadi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan seperti makan, minum, pakaian pasti harus terpenuhi. Beda dengan keinginan. Bahkan sekarang barang yang tadinya hanya sebagai barang keinginan saja bisa menjadi barang kebutuhan yang harus manusia penuhi untuk kehidupannya sehari-sehari.
            Oleh karena itu masyarakat Indonesia yang umumnya merupakan masyarakt konsumtif selalu ingin saja barang-barang yang keluaran baru. Contohnya saja masalah pasar gedejet. Perusahaan gedjet selalu mengeluarkan produk-produknya yang kemudian di pasarkan ke Indonesia. Bukan hanya dalam masalah barang-barang gedjet, Indonesia pun banyak mengimpor barang dari luar negeri. Keadaan seperti ini lah yang menyebabkan kebutuhan di Indonesia lebih mahal, karena pemerintah memakai produk-produk luar negeri ketimbang dalam negeri. Contohnya saja beras dan bawang.  
            Bisa diperhatikan kabar berita bahwa bawang melonjak harga yang cukup mencengankan. 1kg bisa mencapai 60rb. Sedangkan masyrakat Indonesia saja bukan hanya dari kalangan atas. Bagaimana nasib kalangan bawah, yang perekonomiannya kurang bisa memikirkan hal yang tidak bisa mengimbangi pendapatan mereka. Yang seharusnya uang 60rb bisa membeli berbagai kebutuhan pangan tetapi ini hanya bisa untuk membeli bawang.

PENDAHULUAN
Dizaman era globalisasi ini kita harus mengetahui perkembangan perekonomian Indonesia terutama pada masalah persaingan harga produk. Baik produk dalam negeri maupun produk luar negeri. Dengan mengetahui harga-harga pasar dalam persaingan tersebut kita bisa mengatahui kondisi ekonomi yang terjadi. Apa lagi pada saat tingkat produksi tinggi. Mau tidak mau negara pun harus mengikuti perkembangan harga yang terjadi pada sistem perekonomian tersebut.
Pada saat itu juga, jika ada perubahan pada harga-harga akan mempengaruhi perekonomian suatu negara juga. Karena negara harus bisa memikirkan bagaimana bisa mengimbangi harga pasar Internasional dan juga dibarengi dengan bisa mensejahterakan masyarakatnya. Pemerintah juga harus memperhatikan barang-barang yang di impor. Jangan semua barang pokok harus impor dari luar. Pemerintah juga harus lebih memperhatikan produk dlam negeri yang tidak kalah bagus kualitanya di banding luar nengeri.
Setidaknya pemerintah juga menyarankan agar masyarakat lebih menggunakan produk dalam negeri di banding luar nengri. Sebetulnya ada beberapa faktor yang nyebabkan pemerintah harus mengimpor produk dari luar negeri. Seperti terbatasnya bahan yang di perlukan untuk membuat barang tersebut. Ada juga keterkaitan biaya, dan masih banyak lagi.
  
LANDASAN TEORI

            Import adalah kegiatan membeli barang dan jasa dari negara lain. Ketika sebuah negara mengalami impor yang besar itu artinya negara tersebut mengalami defisit. Dan akan menyebabkan negara tersebut akan mempunyai utang. Ambil saja contoh dari negara China. China mungkin menghasilkan produk yang lebih murah tetapi dengan kualitas yang kurang. China menciptakan barang yang memang diperlukan oleh masyarakat dan tidak terlalu mementingkan kualias. 
            Pemerintah juga harus menerapkan peraturan baru agar tidak terajadi impor barang yang terlalu, karana akan menyebabkan negara menjadi semakin terpuruk dan utang negara juga akan menjadi menumpuk. Serta pengusaha Indonesia akan lebih menjadi penyalur barang luar negeri dibanding memproduksi barang,
            Di dalam masalah harga pun jika Indonesia lebih sering impor bahan dari luar akan menyebabkan harga di Indonesia lebih mahal. Dan para pedagang akan bingung menjual produk yang harus menyesuaikan harga dengan bahan yang di peroleh. Bahan yang susah di dapat di Indonesia ini yang juga bisa menyebabkan pemerintah mengimpor bahan dari luar, tetapi harus diperhatikan juga sebagaimana perlunya bahan itu di impor. Karena secara tidak langsung jikan terlalu mengimpor barang, pemerintah tidak menghargai pproduk dalam negeri sendiri dan hasil dalam negeri.

PEMBAHASAN
A. Produk Impor
Pada dasarnya impor barang itu mempunyai tujuan. Jika suatu negara kekurangan bahan untuk memproduksi barang tersebut, maka Indonesia harus mengimpor bahan dari luar. Akan tetapi dengan mengimpor bahan dari luar, harga yang akan ditetapkan pada produk tersebut akan mahal. Dan jika harga mahal, para pedagang dan pembeli pun akan bingung mengimbangi harga pasar. Mau tidak mau para pedagang pun juga akan menaikan harga produk tersebut.
Jika harga barang naik, itu akan mengubah pendapatan perkapita suatu negara. Karena pada dasarnya pun masyarakat Indonesia masih banyak yang hidup di bawah atau yang mendapatkan pendapatan di bawah rata-rata. Ini harus dipertimbangkan lagi untuk pemerintah.
B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kurangnya Bahan Baku
            Sudah dipastikan jika Indonesia kekurangan bahan baku maka pemerintah akan menimport bahan dari luar. Yang menjadi kurangnya bahan baku tersebut biasanya dari bahan baku yang di dalam mahal. Para produsen tidak sanggup untuk membeli bahan baku tersebut. Ada pula faktor cuaca yang menyebabkan bahan baku itu tidak dapat untuk diproduksi. Para produsen pun bingung untuk mencari alternatif bahannya.
            Ekspor merupakan kegiatan menjual barang atau jasa kenegara lain sedangkan Impor adalah membeli barang atau jasa dari negara lain. Secara umum ekspor impor dibedakan menjadi dua yakni barang migas dan non-migas, migas merupakan barang tambang minyak bumi dan gas berkebalikan dengan non-migas yaitu barang hasil perkebunan,peternakan,perikanan,pertanian dsb. Kegiatan impor biasanya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rakyat atas keterbatasan barang/jasa lokal. Ekspor kegiatan yang dilakukan untuk menambah pendapatan negara dan atas permintaan pasar yang ingin meng-impor barang/jasa dari lokal.
            Siapa yang tak kenal Indonesia negara yang diapit dengan dua benua ini memiliki sebutan negara agraris dan maritim pastinya dapat dibayangkan hasil laut dan tanah yang sungguh luar biasa pasti mampu untuk mensejahterakan rakyat-rakyatnya , namun sebutan tersebut menjadi dilemma tersendiri bagi Indonesia hasil laut dan bumi yang seharusnya mencukupi sepertinya tak mampu menopang kehidupan orang banyak serta perekonomian kita. Pertanian yang seharusnya menjadi ‘alat pemacu’ perekonomian pun nyatanya tak sesubur tanahnya entah apa yang terjadi untuk beras saja kita sampai mengimpor beras dari negara tetangga dan ternyata buah-buahan pun ikut menjadi barang impor yang sudah disediakan oleh Thailand.
Negeri ini begitu luas, tanah nan subur pun terbentang seperti tiada batasnya tetapi mengapa kita masih belum bisa memanfaatkan keadaan alam yang ada. Tanah yang subur pun diharapkan bisa menghasilkan sesuatu yang berkualitas namun apa yang terjadi? nyatanya hal tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang berduit unuk mendirikan bangunan megah tanpa memikirkan resikonya. Padahal, pemerintah telah menyediakkan mesin pembajak atau traktor untuk meningkatkan kuantitas pertanian Indonesia tapi sepertinya semua nihil mungkin karena pemanfaatannya kurang maksimal serta pengetahuan petani Indonesia pun masih minim. Masih tak habis fikir sawah ladang membentang luas tetapi masih saja kita mengimpor beras dari luar, jelas saja beras lokal kalah dengan beras impor karena beras lokal relatif lebih mahal ketimbang beras impor, hal semacam ini membuat petani beras kita merugi. Walaupun kita tidak mempunyai hasil dalam negeri seperti gandum tetapi setidaknya kita masih mempunyai hasil unggulan lain dibididang pertanian yang bisa diharapkan dapat menggerakkan perekonomian kita.
            Bagaimana solusi yang berkenaan dengan masalah diatas? Ya, sebagai negeri yang mempunyai andil cukup besar disektor pertanian, hendaknya pemerintah meningkatkan pendidikan untuk sarjana-sarjana pertanian agar kelak bisa membuat atau memperbarui sistem pertanian kita. pemerintah juga harus lebih memprioritaskan serta meningatkan kegiatan pertanian kita. Seperti meningkatkan ahli-ahli kita di bidang pertanian, yang pada saatnya nanti bisa terjadi transfer skill di bidang pertanian kita. serta membuka lapangan usaha yang bergerak dibidang agribisnis yang dinilai cocok dengan keadaan tanah Indonesia yang subur. Sehingga segala lahan dan hasil dapat kita manfaatkan dan rasakan sendiri hasilnya.
            Sektor kelautan dan perikanan Indonesia harus mampu menempuh kebijakan dengan mengambil skenario pangan berkelanjutan untuk mengangani krisis pangan global yang diperkirakan dapat terjadi pada tahun 2025. Sebenarnya, sejak terbukanya pasar China merupakan pe-luang bagi pengembangan ekspor produk ikan Indonesia. Namun, kenyataan di lapangan Indonesia masih belum mampu mengoptimalkan potensi terbukanya pasar ekspor. Justru yang terjadi sebaliknya, pasar domestik dibanjiri produk impor dari China. Menurut pemerintah sektor kelautan dan perikana diyakini mampu memberikan sumbangan ketahanan pangan lokal dan dunia. Maka pemerintah memprioritaskan sektor kelautan dan perikanan sebagai nilai ekspor yang patut diperhitungkan, Indonesia seakan maju terus untuk dapat menembus pasar internasioanal dalam sektor ini dan mensejahterakan perkekonomian rakyat Indonesia. Namun 2 misi tersebut menjadi agak terkendala mengingat peningkatan daya saing komoditas pangan domestik yang dinilai kurang. Entah itu kesejahteraan nelayaannya atau daya jual yang rendah. Maka untuk memantapkan hasil laut kita yang akan ‘beraksi’ dipasar internasional, pemerintah mulai memfasilitasi lebih serius seperti ketersediaan benih, keuangan formal dan revitalisasi industry pengolah.
            Lalu bagaimana penaataan sektor kelautan dan perikanam agar terciptanya kesejahteraan rakyat ? Strategi penataan industri penangkapan, budi daya, dan pengolahan ikan dapat dilakukan baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, renegosiasi secara bilateral Indonesia-China, pengawasan produk ikan impor, penataan total coastguard dan izin penangkapan, dan pen-syaratan kualitas ikan impor perlu dilakukan. Selain itu, strategi perimbangan neraca perdagangan untuk produk ikan dengan China dapat dilakukan dengan mendorong dan memperbesar volume dan nilai ekspor produk ikan Indonesia ke China. Namun, hal itu hanya dapat dilakukan apabilaindustri perikanan tangkap dan budi daya Indonesia cukup kuat untuk menguasai pasar domestik sekaligus masuk ke pasar China. Meskipun terdapat kenaikan rata-rata produksi perikanan sebesar 10,02% untuk periode 2005-2009, jika dibandingkan dengan potensi pasar, kenaikan itu dirasa belum memadai.
            Dalam jangka panjang, strategi memperbesar kapasitas dan produktivitas produk perikanan dapat dilakukan melalui desain industri secara menyeluruh. Program percepatan industri perikanan seperti Minapolitan dan gugus ekonomi berbasis kelautan dan perikanan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.Program ini hanya bisa terselenggara secara baik ketika terdapat dukungan sejumlah infrastruktur untuk menjamin proses penangkapan dan industrialisasi terjadi seperti supply BBM, air bersih, pembiayaan, modernisasi kapal, akses jalan, industri pendinginan, penguasaan teknologi, dan SDM.
            Kementerian terkait dengan penyediaan infrastruktur itu perlu mendukung upaya untuk meningkatkan daya saing produk perikanan nasional.
Dibawah ini kondisi Espor-Impor sektor pertanian Indonesia :
1.     1. Beras
Harga Beras (Thai Broken 5%) di Bangkok periode 9 – 23 September 2009 menunjukkan trend meningkat. Tanggal 9 September harga US$ 530 per ton naik 2,71 % dari harga 2 September 2009, kemudian bergerak ke level US$ 533 per ton ( naik 0,57%) pada tanggal 16 September 2009 dan meningkat lagi pada 23 september 2009 menjadi US$ 2. 539 per ton atau naik 1,13 %.
2.     Kedelai
Harga kedelai (No.2 Yellow) di AS masih cenderung turun dan pada tanggal 14 September 2009 harga mencapai level terendah semenjak Juli 2009 yaitu US$ 339,9 per ton dipicu oleh spekulasi akan adanya peningkatan produksi karena cuaca cukup kondusif.
3.     3. Karet
Harga karet (RSS) di bursa SICOM periode 7 – 11 September 2009 sedikit mengalami pergerakan dengan kisaran US$ 2140 hingga US$ 2200 (trend 0,70 %), terutama oleh adanya peningkatan harga minyak mentah. Harga masih meningkat dengan trend yang lebih rendah (0,25%) pada periode 14 – 18 September 2009 karena terpengaruh oleh adanya pertanda perbaikan ekonomi di AS bila dilihat dari perkembanagn retail. Dsb .
Sedang untuk kondisi Ekspor-Impor sektor kelautan dan perikanan :
Saat ini , walau Indonesia tidak sepenuhnya terdepan dalam memproduksi hasil laut namun Indonesia menjadi 3 besar negara yang memproduksi hasil lautnya setelah Peru dan China. Namun demikian Indonesia masih sangat jauh dengan China yakni China memproduksi hampir 14.8 juta ton sementara Indonesia hanya 5 juta ton. Sekalipun merupakan tiga besar dalam produksi ikan, Indonesia tidak termasuk dalam lima besar pengekspor ikan, bahkan kalah dibanding dengan Vietnam dan Thailand. Nilai ekspor ikan Indonesia “hanya” sekitar US $ 2,9 juta.

PENUTUP
Kesimpulan
            Negara kita masih lemah akan sistem-sistem yang lebih mutakhir untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Keputusan sepihak kadangkala merugikan pihak yang satunya. Negara lain punya sistem yang baik untuk mendapatkan prestasi di pasar Internasional akankah lebih baik menjadikan prestasi negara lain sebagai acuan. kita perlu menyadari bahwa topografi dan kewilaya-an Nusantara adalah kepulauan. Jadi, perlu ada political will dan good-will agar arah pembangunan ekonomi dapat merajut kepulauan untuk mendukung keterkaitan, kualitas, dan daya saing industri perikanan dan kelautan nasional. Makalah ini membahas mengenai ekspor-impor diberbagai bidang serta kondisi ekspor-ompor itu sendiri saat ini.


Daftar Pustaka:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar